Mendahului Kehendak Tuhan

"Seandainya batu yang saya pegang ini saya lepaskan, kira-kira kemana arahnya? Jika bapak menjawab 'PASTI KE BAWAH', apakah itu bukan mendahului kehendak Tuhan? Bisa saja khan batunya masuk kantong saya, atau lari ke wajah bapak sesuai kehendak Tuhan" :)

Ya, bapak bisa dengan mudah bilang KE BAWAH, karena umunya jatuh pasti ke bawah. Apa yang saya lakukan juga demikian. Karena hidup tidak lepas dari hukum sebab akibat.
Saat ini terbentuk dari masa lalu, dan masa depan terbentuk dari masa lalu dan saat ini.
Masa lalu adalah sebab, masa kini adalah akibat.
Masa kini adalah sebab, masa depan adalah akibat.
Jadi, yang saya lakukan adalah memperkirakan kemungkinan-kemungki­nan yang terjadi di masa depan dengan cara merumuskan kejadian-kejadian dari masa lalu dan masa kini.
Seandainya kemungkinannya buruk, agar dirubah dari sekarang. Pun seandainya kemungkinannya baik, ya tetap lakukan hal-hal dengan cara terbaik.
Apakah perkiraan saya tepat atau meleset itu kembali lagi kepada bagaimana orang yang bersangkutan menjalani kehidupannya.
Hari ini para pakar memperkirakan besok kota bandung hujan deras. Tapi apabila malam ini bapak membakar seluruh hutan jagung di Lembang, saya berani bertaruh besök bañdüñg tídäk jädí hüjäñ.
Memang ada yang sudah menjadi ketetapan Tuhan, tapi ada pula hal-hal yang bisa manusia rubah.
Mati, jodoh, dan rejeki adalah ketetapan Tuhan.
Tapi manusia bisa menjaga kesehatan agar diberi umur panjang. Manusia bisa merawat diri agar lebih menarik, sehingga cepat dapat jodoh. Manusia bisa bekerja lebih agar diberi rejeki lebih.

"Aduh, Pak. Hampir saja batu ini mendarat di wajah bapak. Tapi ternyata Tuhan berkehendak laiñ.
Jadi, batunya saya bawa pulang saja" :)
Previous
Next Post »
Thanks for your comment