Reframing

Barusan ada yang nanya soal ini. Jadi, tak tulis disini sekalian.
Barangkali membawa manfaat bagi orang banyak.
Yang penting saya sudah nulis, kalau nggak ada yang baca ya nggak apa-apa biar tak baca sendiri.
-----
Reframing adalah salah satu teknik untuk mengubah makna atau membingkai ulang suatu kejadian dari sudut pandang yang memberdayakan.
Pada dasarnya setiap kejadian selalu mempunyai dua sisi. Yaitu sisi yang memberdayakan, dan sisi yang memperdayakan.
Dongkol, marah, kecewa, dan berbagai perasaan tidak mengenakkan hanya akan muncul apabila kita memandang suatu kejadian sebagai korban, atau dari sudut pandang yang memperdayakan.
Di sisi lain kita bisa merasa bersalah hingga terjadi self-punishment atau tindakan menghukum diri apabila kita menempatkan diri sebagai pelaku, atau tersangka.
Cara terbaik untuk meredam berbagai emosi atau perasaan tidak mengenakkan adalah dengan menempatkan diri sebagai pengamat, atau saksi. Bukan sebagai tersangka maupun korban.
Sebagai contoh, misalkan saja anda sedang bepergian dan tiba-tiba ban mobil anda bocor.
Disini, anda mungkin merasa dongkol karena anda menganggap kejadian itu sebagai musibah maupun kesialan.
Jelas anda tidak bisa memutar waktu untuk menghindari hal tersebut. Tapi anda bisa membingkai ulang kejadian tersebut dari sudut pandang yang berbeda.
Anda bisa tersenyum penuh syukur apabila anda menganggap kejadian tersebut sebagai berkah. Dan berpikir, justru karena kejadian itulah anda diberi kesempatan untuk sedekah kepada tukang tambal yang sedang mencari nafkah.

1. Sadari ada perasaan yang tidak beres.
2. Tanyakan pada diri sendiri, "Hal baik apa yang bisa saya ambil dari kejadian ini?"
3. Lihat dari sudut pandang yang memberdayakan.

Demikianlah secuil tulisan dari saya mengenai reframing. Semoga bisa di terapkan dalam kehidupan sehari-hari agar dapat selalu berprasangka baik.
Dan semoga keberkahan selalu beserta kita.
Previous
Next Post »
Thanks for your comment