PERNIKAHAN, ADALAH SARANA, UNTUK SALING MENYEMBUHKAN LUKA BATHIN ...

Saya beberapa kali bilang, adaptasi saya dengan istri saya ini dua tahunan ... Dua tahunan ini, yang namanya konflik, frekuensinya cukup sering ... Konfliknya sih hal-hal sepele, tapi mau sepele mau besar, namanya konflik ya tetep mengacaukan emosi wkkk ... Istri saya melihat "hal-hal yang tidak mengenakkan" pada diri saya ... Saya pun melihat "hal-hal yang menyebalkan", pada diri istri saya ...

Setelah 2 tahun berlalu, kami baru menyadari, bahwa semua hal, kelakuan, sikap, cara berpikir, yang tidak saling kami sukai itu, adalah "luka-luka bathin", yang terbentuk entah secara sengaja atau tidak, sepanjang waktu kecil sampai dewasa ... Luka lama, yang belum sembuh ... Sebagai contoh gampang, gini yang saya maksud luka bathin itu ... Saya akan contohkan di paragraf selanjutnya ...

Ada beberapa istri, yang mengeluhkan suaminya, kecanduan main game komputer, sampai lupa waktu, lupa memperhatikan istri ... Ternyata masa kecil suaminya, tidak dibolehkan main game oleh orang tuanya ... Minta dibelikan peralatan game, tidak diturutin ... Akhirnya, tercipta sebuah "dendam", ntar kalau suatu saat sudah dewasa, sudah punya duit sendiri, saya akan main game sepuasnya ...

Nah itulah, contoh luka-luka bathin masa kecil ... Kalau anda melihat luka pada kulit pasangan hidup anda, anda pukulin lukanya dia?, atau anda rawat lukanya? ... Dirawat khan, supaya sembuh? ... Bahkan anda bersihkan, supaya tidak infeksi ... Namun, seringkali tidak demikian sikap kita, saat kita menemukan luka bathin pada pasangan kita ... Kita menolaknya, mempersoalkannya, enggan merawatnya ... Bahkan memperparah lukanya ...

Apapun hal yang menjengkelkan pada diri pasangan kita, adalah teriakan minta tolong ... Namun bukan permintaan tolong, secara langsung ... Help me, yang tersirat, bukan tersurat ... Ya, setelah memahami ini, reaksi saya terhadap istri, dan sebaliknya, jadi berubah drastis ... Setiap kali ada hal, yang menjengkelkan pada diri kami, dalam pandangan masing-masing, kami bahas, "luka bathin yang menjadi latar perilaku ini, sebabnya apa, kapan dan darimana asalnya?" ...

Ternyata, pernikahan adalah sebuah kerjasama antara pria dan wanita, untuk saling mengenali luka bathin masing-masing, dan saling merawat luka-luka itu ... Ada beberapa orang, malah menggunakan pernikahan, sebagai sarana saling melukai ... Bahkan mewariskan luka-luka itu, kepada generasi keturunan mereka ... Kesadaran bahwa pernikahan, adalah wahana penyembuhan luka, akan mengubah banyak hal ... Marriage, is a healing sessions ...

Orang tua zaman dulu, mengajarkan agar sebelum menikah, kita melihat ; bibit, bebet, bobot ... 3 hal itu, adalah metode melakukan tracking DNA ... Program apa sih, yang kemungkinan ada, pada diri calon pasangan kita? ... Luka bathin apa saja, yang kemungkinan ada di dalam calon suami / istri saya? ... Di situ keputusan bisa diambil ... Apakah mundur, gak siap merawat luka-luka bathin pasangan? ... Atau tetap maju, menuju pernikahan, dan mengatakan, "i am not just as your husband / wife, i am also your healer" ...

Yuk mari ... Berhentilah saling melukai ... Pernikahan, adalah sarana saling menyembuhkan luka, yang ada di dalam diri ...

_/|\_

*sunan_kaliurang_words

Previous
Next Post »
Thanks for your comment